Jakarta (ANTARA News) - Buronan asal Malaysia yang selama ini dicari karena terlibat serangkaian teror, disebut sebagai otak pemboman hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta.

AFP melaporkan, pihak berwenang sedang memeriksa DNA dari dua tersangka pelaku pemboman bunuh diri itu serta peledak yang ditemukan di "pusat kendali" para pelaku di kamar hotel JW Marriott.

Ketua Desk Antiteror Kementerian Politik Hukum dan Keamanan Ansyaad Mbai kepada AFP mengemukakan bahwa bukti-bukti menunjuk kepada Noordin Mohammed Top, kelahiran Malaysia yang selama ini dicari aparat karena serangkaian serangan teror.

"Ada petunjuk kuat bahwa kelompok Noordin Top berada di belakang serangan karena bomnya rakitan dan taktiknya adalah bom bunuh diri," kata Ansyaad Mbai.

AFP mencatat serangan bom yang terjadi pada hari Jumat pagi di kawasan Mega Kuningan itu merupakan yang ke-4 kali diduga dilakukan Noordin Top.

Buronan itu diduga menjadi dalang peledakan hotel JW Marriott Jakarta pada tahun 2003, Kedubes Australia pada tahun 2004 dan restoran di Bali tahun 2005 dengan jumlah korban jiwa lebih dari 40 orang.

Para penyelidik juga menemukan satu bom yang tidak meledak serta bahan-bahan pembuatan bom di kamar 1808 JW Marriott. Aparat yakin kamar itu menjadi pusat operasi para pelaku.

AFP mengutip keterangan aparat bahwa pelaku pemboman bermalam dua hari sebelum beraksi dan mereka menyamar sebagai tamu untuk menuju tempat makan dan meeting lalu meledakkan koper.

Bom tersebut juga berisi paku, gotri, baut, untuk memaksimalkan kerusakan.

Polisi mengemukakan bom tersebut "identik" dengan yang digunakan dalam serangan-serangan oleh Jihad Islam. Bom itu juga sama dengan bom yang ditemukan saat penggerebekan pada pekan lalu di Jawa Tengah.

Sementara itu Gedung Putih AS menyatakan bahwa Presiden AS Barack Obama pada hari Sabtu menelefon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono .

Hubungan lewat telefon itu menurut Gedung Putih adalah untuk "memberi selamat atas kemenangan dalam pemilihan presiden dan untuk menyampaikan dukungan serta solidaritas kepada pemerintah maupun rakyat Indonesia terkait serangan teroris di Jakarta." (*)